Sabtu, 17 Mei 2008

Umrah 2008

Umrah 2008

Perjalanan wisata ibadah yang telah lama saya impikan akhirnya terwujud menjadi kenyataan. Kenyataan yang sesungguhnya menjadi khayalan bagi semua insan muslim yang beriman untuk dapat berkunjung ke Baitulloh serta berziarah ke makam “Habibulloh”.
Tepat pada malam senin, tanggal 6 April 2008 sekitar ba’da Isya, saya dihubungi oleh seorang rekan untuk datang ke kantor Imigrasi Cipinang Jakarta Timur untuk mengurus passport. Tentunya semua orang pun mafhum bahwa pengurusan passport merupakan proses yang harus dilalui untuk dapat “melancong” ke negeri orang. Akhirnya hari yang dijanjikan pun tiba, yakni pada hari Selasa tanggal 8 April saya mendatangi kantor imigrasi tersebut sekitar pukul 10 pagi. Singkat cerita, sekitar pukul 12.30 akhirnya rentetan proses pembuatan passport telah usai dan saya pun kembali ke rumah untuk bersiap-siap lagi meluncur ke Unisma untuk mengajar.
Beberapa hari kemudian, sekitar hari Jum’at, rekan saya menghubungi saya kembali untuk datang ke Jatiwaringin untuk suntik menganithis pada hari Minggu tanggal 13 April pukul 14.00. Sebenarnya hari itu saya baru saja kembali dari Cisalak untuk menengok kakak ipar saya yang baru melahirkan. Pukul 12 kurang sedikit saya telah tiba di rumah, istirahat sejenak dan pada pukul 13 lewat sedikit saya pun kembali memacu Timor satu-satunya dan kesayangan saya untuk menuju ke Jatiwaringin. Setibanya di sana ternyata telah berkumpul teman-teman lainnya yang juga mau disuntik. Ternyata tidak lebih dari 5 menit untuk disuntik dan setelah itu terdengarlah kabar yang begitu mengejutkan sekaligus juga sangat menggembirakan, yaitu kami akan berangkat pada hari Jum’at tanggal 18 April 2008 pukul 23.30. Merinding bulu ini mendengar kabar tersebut. Mimpi yang sudah begitu dekat dengan kenyataan menjadi semakin dekat lagi. Bayang-bayang Ka’bah serta makam Rosul semakin nyata dalam pelupuk mata ini. Hanya tinggal menghitung hari saja.
“Labbaik Allahuma Labbaik, Labbaik La Syarika Laka Labbaik, Innal Hamda Wa Ni’mata Laka Wal Mulk La Syarikalak”








Saat saya (paling kanan) baru mendarat di Bandara King Abdul Aziz Jedaah KSA.

Perjalanan yang cukup melelahkan untuk ukuran sebuah perjalanan umrah akhirnya berakhir setelah tiba di bandara King Abdul Aziz sekitar pukul 16.00 hari Sabtu waktu setempat. Melelahkan ? Tentunya banyak orang akan bertanya mengapa melelahkan. Perjalanan panjang ini disebabkan kami harus beberapa kali transit, yakni di bandara Chang-i Singapore dan bandara Doha, Qatar. Tapi semua kepenatan di pesawat hilang seketika saat kami telah menginjakan kaki di negeri Rosululloh.
Saat tiba di bandara Jeddah dan segala urusan paspor selesai, akhirnya kami bertemu dengan “muzawir” (pembimbing) kami, setelah selama perjalanan dari Cengkareng sampai di Jeddah kelompok kami benar-benar “sendiri” tanpa guide. Selanjutnya kami menaiki bis yang memang telah disiapkan untuk segera meluncur ke Madinah Al Munawaroh setelah sebelumnya kami menunaikan sholat Zuhur dan Asar terlebih dahulu secara jama qoshor .
Kami berangkat dari Jeddah kira-kira pukul 16.30 waktu setempat dan kami pun sebagian terlelap setelah kami sempat mampir untuk sekedar cari pulsa “mobily” dan isi solar. Dalam mata yang terpejam rasanya hati ini seakan belum percaya bahwa saya sudah ada di Saudi dan hanya dalam hitungan jam akan bertemu dengan makam rosul. Tanpa terasa, perjalanan 6 jam lebih sedikit akhirnya berakhir. Kemegahan komplek masjid Nabawi dari jauh sudah terlihat. Lampu-lampu di sekitar masjid membuat semakin eksotis pemandangan saja. Ada desiran bahagia di hati manakala mata ini telah melihat semua itu. Akhirnya kami pun telah sampai di hotel tempat persinggahan kami untuk 3 hari ke depan.
Rasa penat setelah menempuh perjalanan Cengkareng-Jeddah-Madinah tidah menyurutkan semangat untuk segera berziarah ke makam Rosul. Setelah selesai makan malam dan bersih-bersih, kami pun berangkat menuju masjid Nabawi yang berjarak hanya 100-200 meter. Hotel tempat kami menginap adalah Fairuz, persis di depan Hilton Madinah. Saat kami memasuki pintu gerbang masjid semakin kencang pula degup jantung ini. Kami sempat kecewa karena pintu masuk ke masjid telah ditutup karena waktu telah lewat tengah malam. Akhirnya kami pun sholat jama qoshor Maghrib dan Isya di depan pintu masuk Bab Jibril. Saya pun dutunjuk teman-teman untuk menjadi imam sholat. Selesai sholat kami pun memutuskan untuk sekedar “cucimata” dan mengelilingi komplek masjid untuk berziarah dari luar, karena kami beranggapan semua pintu masjid telah dikunci. Alangkah terkejut dan bahagianya kami saat mendekati Babussalam ternyata dari kejauhan nampak terbuka dan banyak orang yang masuk melalui pintu itu. Akhirnya kami pun masuk lewat Babussalam dan sesegera mungkin mencari tempat kosong di Roudhoh. Anugerah yang tidak ternilai bagi kami karena di malam pertama kami tiba langsung bisa bermunajat di tempat yang sangat mustajab, yakni Roudhoh. Selesai kami memunajatkan berbagai keinginan serta keluh kesah, lalu kami atutup dengan berziarah ke makam Rosul. Tidak terasa air mata ini meleleh tanpa dikomandoi. Sulit dipercaya oleh akal saya secara financial, hanya dalam tempo kurang dari 4 tahun setelah pulang dari ibadah haji, saya berkesempatan lagi untuk mengunjungi makam Rosul. Semuanya itu tidak lain adalah atas izin Allah SWT dan keberkahan orangtua sehingga saya bisa seperti saat ini. Rentetatan ibadah dilengkapi pula dengan city tour untuk berziarah ke masjid Quba, Qiblaitain, Jabal Uhud, Khondak, percetakan Alqur’an dan diakhiri di medan magnet atau yang dikenal juga dengan sebutan “Jabal Abyadh”.






Saat saya di pelataran masjid Nabawi Madinah dan medan magnet



Sabtu malam, minggu, dan senin berlalu sudah. Berbagai ritual ibadah dan munajat telah kami lakukan. Hari Senin ba’da Zhuhur kami berangkat untuk meninggalkan kota suci Madinah Sebagaimana telah dimafhum, kami meluncur untuk singgah ke “Bir Ali” guna mengambil miqot umrah. Selesai niat di miqot, kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju kota suci Mekkah. Jarak Madinah-Mekkah ditempuh selama 6-7 jam. Sekitar pukul 20.00 waktu Mekkah kami pun tiba. Istirahat dan makan malam kami santap bersama. Saat istirahat dirasa sudah cukup, kami bersiap untuk bergegas menuju Masjidil Haram.
“Allahumma Anta salam wa minka salam……” doa itulah yang pertama meluncur saat kami memasuki pintu King Fahd . Pintu yang cukup mudah untuk diingat karena itulah salah satu pintu yang ber ac. Langkah-langkah berikutnya kami akhirnya melihat untuk yang kedua kali qiblat yang menjadi arah sholat lebih dari 1 milyard umat Islam di sekuruh belahan bumi ini. Ya, Ka’bah telah berada di depan kami. Sebelum kami menunaikan rentetan kegiatan umrah kami lebih dulu melaksanakan sholat jam ta’khir Maghrib dan Isya. Selesai sholat kami pun secara berjamaah melakukan thawaf dan sa’i serta bertahalul. Selesai lah umrah kami yang perdana. Hari-hari berikutnya kami isi dengan umrah-umrah lainnya dan seperti di kota Madinah, di Mekkah pun kami melakukan city tour mengunjungi Jabal Rahmah, Jabal Nur, Jabal Tsur, Jamarat, dan diakhiri mengambil miqot di Ji’ronah.











Selesai thawaf dan sa’i

Umrah terakhir kami bermiqot dari Hudaibiyah, setelah sempat menikmati susu onta murni bersama teman yang lain. Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu pagi telah berlalu. Tepat pukul 8.00 setelah ba’da Subuh kami melakukan thwaf wada, kami segera berangkat untuk kembali ke tanah air melalui Jeddah. Seperti umumnya umrah kami mampir sebentar ke “Balad”, khususnya ke toko parfum “Ali Murah”. Selesai dari “Ali Murah” kami berziarah mengelilingi kota Jeddah untuk mengunjungi masjid Qishos, Makam Umi Hawa, dan Laut Merah. Pukul 14.00 kami harus sudah tiba di bandara untuk boarding. Selesai urusan bagasi dan lainnya kami pun akhirnya masuk ke pesawat via transit Doha dan Singapore.
Alhamdulillah sekitar pukul 15.15 waktu Jakarta akhirnya pesawat kami, Qatar Airways, mendarat dengan selamat. Ada perasaan gembira karena telah kembali di tanah air, namun ada perasaan sedih karena telah meninggalkan Mekkah dan Madinah. Kami tidak tahu apakah akan kembali ke sana lagi atau tidak akan pernah lagi. Hal itulah yang membuat sedih, bukan hanya saya tapi pasti semua orang. Semoga saya sekeluarga berkesempatan mengunjungji tanah suci lagi, amiiin.

Sekali lagi rasa syukur lah yang pali tepat saya ucapkan. Tidak ada kata lain yang lebih pas.
Rombongan : Saya sendiri, KH.Ashari, KH.Rahmadin, H.Hasan Ma’ruf, H.Nasrulloh, Edi Sucipto, Rahman, KH.Saifudin Siradj, Edi Suyitno, Agus Riyansah, Sri Gunardi, H.Kholid dan istri, Hj.Muniyati, Karmilah, Mufid, Ayatulloh, Badrudin, dan utusan Muhamadiyah.










Saat kami di Bir Ali