Rabu, 31 Maret 2010

Pajak ala Gayus Tambunan

Pagi ini, tanggal 31 Maret 2010, saya baru saja mendengar dari berita di tv bahwa salah satu orang yang paling dicari saat ini, yakni Gayus Tambunan telah ditangkap oleh Satgas Mafia Hukum di salah satu pusat perbelanjaan di Singapura.
Ucapan syukur pastinya terucapkan, walaupun hanya di dalam hati, oleh sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengharapkan kasus korupsi pajak itu terkuak. Namun ucapan "Inna lillahi" pastinya juga terucap dari sebagian kecil masyarakat yang khawatir akan terseret lingkaran setan yang akan digariskan oleh si Gayus tadi.
Sudah menjadi rahasia publik, bahwa pegawai Departemen Keuangan, merupakan pegawai yang seringkali Allah "kasih" nikmat yang berlebih apabila dibandingkan dengan pegawai departemen lain. Sebab, penghasilan mereka jauh melebihi rekan seangkatan atau segolongan di departemen lain. Bisa kita perbandingankan dari kasus Gayus ini, bahwa ia dengan hanya Golongan III A sudah berhak untuk mendapatkan gaji halal sebesar 11-12 juta per bulan. Cobalah kita tengok golongan III A di Depertemen (atau sekarang disebut Kementerian) Agama, tentu penghasilannya tidak sampai separuhnya. Apalagi jika kita menengok lebih dalam lagi nasib para guru-guru, baik yang bernaung di lingkungan Kementerian Pendidikan maupun Agama, tentunya kita akan mengucapkan sumpah serapah kepada sosok Gayus ini yang tidak tahu bersyukur atas nikmat yang telah dianugerahkan kepadanya.
Pajak yang katanya digunakan untuk pelaksanaan pembangunan semakin "dhoif" dengan terkuaknya kenyataan kasus Gayus ini. Kita pasti bertanya-tanya, ada berapa puluh-ratus-ribu orang model Gayus di lingkungan Direktorat Pajak seluruh Indonesia? Hanya Allah SWT yang tahu, seperti halnya kapan Bajaj akan belok, hanya Tuhan yang tahu. Semua serba gelap.
Hukuman berat harus dijatuhkan kepada orang model Gayus ini. Bangsa yang tengah sakit ini harus berani mengamputasi anggota-anggota "tubuh" yang hanya akan menambah deretan derita berkepanjangan. Pecat, sita asetnya, dan tentunya hukum dengan seberat-beratnya, bahkan kalau perlu hukum mati untuk para koruptor untuk memunculkan efek kapok bagi pelaku maupun yang lainnya.
Sialnya...kita hidup di negeri kaya namun penuh dengan perampok berjubah aparat!!!!!